Minggu, 16 Maret 2014

Tugas 3 Sistem Informasi Perencanaan





Tugas 3
”RESUME MENGENAI PETA DAN SISTEM KOORDINAT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan
Semester VI  Tahun Akademik 2014 /2015


Oleh:

Ismayanti      10070311012










PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN  KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1435 H / 2014 M
ASPEK GEOMETRIK
Peta adalah gambaran bentuk muka bumi pada bidang datar. Fungsi peta adalah untuk menunjukkan atau memberi informasi mengenai lokasi atau posisi suatu tempat. Pada pembuatan konstruksi peta, semua titik di muka bumi posisinya harus sesuai dengan kerangka geometrik yang diukur dilapangan karena aspek geometrik ini berhubungan dengan permasalahan posisi suatu tempat.
Aspek geometrik dapat dilihat dari dua aspek yaitu, dilihat dari segi teoritis aspek geometrik berhubungan dengan perubahan matematis dari koordinat geografi di permukaan bumi ke koordinat proyeksi bidang datar, sedangkan dilihat dari aspek praktisnya berhubungan dengan pembuatan konstruksi dari kerangka geometrik peta.
SISTEM KOORDINAT
            Sistem koordinat merupakan dasar utama dari peta karena sistem koordinat ini dapat menghubungkan satu titik dengan titik lainnya. Sistem koordinat di permukaan bumi ditentikan oleh perpotongan dua garis lengkung bumi yaitu garis meridian (longitude) dan garis paralel (latitude), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :


KOORDINAT GEOGRAFIS
            Koordinat geografis suatu titik di permukaan bumi ditentukan dari perpotongan meridian dan paralel yang melalui dua titik tersebut. Untuk mengetahui besarannya dapat ditentukan dengan mengetahui :
1.    Lintang (latitude = φ)
Lintang adalah panjang busur yang diukur pada suatu meridian dihitung dari ekuator sampai ke paralel yang melalui titik tersebut. Harga besaran lintang adalah :
Ø  0°-90° kearah kutub utara dari ekuator, disebut Lintang Utara (LU)
Ø  0°-90° kearah kutub selatan dari ekuator, disebut Lintang Selatan (LS)
2.    Bujur (longitude = λ)
Bujur adalah panjang busur yang diukur pada suatu garis paralel antara meridian pengamatan dengan meridian nol (meridian Greenwich). Harga besaran bujur adalah :
Ø  0°-180° kearah Barat dari meridian nol, disebut Bujur Barat (BB)
Ø  0°-180° kearah Timur dari meridian nol, disebut Bujur Timur (BT)
3.    Koordinat geografis titik P (φ, λ)
Besaran lintang dihitung dari titik P sepanjang garis meridian sampai berpotongan dengan garis ekuator, sedangkan besaran bujur dihitung mulai dari perpotongan garis meridian dari titik P dengan ekuator sampai perpotongan garis ekuator tersebut dengan meridian nol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

KOORDINAT PROYEKSI
            Pada sistem koordinat proyeksi, koordinat suatu titik dinyatakan oleh 2 titik yaitu :
1.    Besaran absis (X), sumbu X (eastings) berada dalam bidang meridian Greenwich (meridian nol) yang terletak di bidang ekuator bumi. Sumbu X  merupakan garis proyeksi dari salah satu paralel.
2.    Ordinat (Y), sumbu Y (northings) tegak lurus dengan sumbu X. sumbu Y merupakan garis proyeksi dari salah satu meridian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

PROYEKSI PETA
            Proyeksi peta adalah penyajian unsur-unsur dipermukaan bumi ke bidang datar dengan melakukan transformasi menggunakan rumus matematis tertentu. Model matematik ini digunakan untuk mengkonversikan posisi tiga dimensi titik permukaan bumi menjadi dua dimensi di bidang peta meskipun tidak mudah untuk menggambarkan pada bidang datar karena bentuk bumi yang tidak datar. Untuk lebih jelasnya mengenai poyeksi peta dapat dilihat pada gambar berikut :

            Masalah yang terjadi pada perhitungan proyeksi peta adalah menyajikan data hasil pengukuran dari bidang lengkung menjadi bidang datar. P\sedangkan, peta dapat dikatakan ideal jika :
v  Menggambarkan luas relatif yang benar,
v  Menyajikan bentuk muka bumi yang benar,
v  Mempunyai arah yang benar, dan
v  Mempunyai jarak yang benar.

JENIS PROYEKSI PETA
            Dilihat dari bidang proyeksi peta yang digunakan, ada 3 sistem proyeksi peta yaitu :
1.    Proyeksi kerucut, yaitu dengan meletakkan suatu kerucut pada bumi yang menyinggung bola bumi sepanjang suatu lingkaran.
2.    Proyeksi silinder, yaitu dengan meletakkan suatu silinder pada bumi lalu didatarkan.
3.    Proyeksi azimuthal (zenithal), yaitu dengan meletakan bumi tersebut pada bidang datar.
Dilihat dari kesalahan yang diakibatkan, ada 3 proyeksi peta yaitu :
1.    Proyeksi konform, dimana sudut permukaan bumi harus sama dengan sudut bidang proyeksi.
2.    Proyeksi equivalent, dimana luas permukaan bumi harus sama dengan luas bidang proyeksi pada skala yang sama.
3.    Proyeksi equidistance, dimana jarak di permukaan bumi harus sama dengan jarak pada bidang proyeksi peta pada skala yang sama.

            Dilihat dari orientasinya, dibagi menjadi 3 proyeksi yaitu :
1.    Proyeksi normal
2.    Proyeksi miring (oblique)
3.    Proyeksi transversal (transverse)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

            Pemilihan sistem proyeksi peta berdasarkan pada posisi daerah, bentuk dan ukuran daerah yang dipetakan, serta kegunaan peta tersebut. Di Indonesia sendiri, saat ini pembuatan petanya menggunakan proyeksi Silinder dan Transverse (Transverse Mercator).
TRANSVERSE MERCATOR (TM)
Proyeksi transverse mercator merupakan proyeksi silinder transversal yang bersifat konform. Secara geometris silindernya menyinggung bola bumi pada meridian yang disebut meridian tengah. Perbesaran pada meridian tengah akan terjadi jika meridian tersebut makin jauh kearah barat atau timur dari meridian tengah.
SISTEM GRID UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR (UTM)
            Sistem grid universal transverse mercator merupakan modifikasi dari sistem proyeksi transverse mercator. Sistem grid UTM memiliki ciri sebagai berikut :
a)    bersifat universal, membagi seluruh wilayah permukaan bumi menjadi 60 bagian (zona UTM), setiap zona UTM dibatasi 2 meridian dengan lebar 6° bujur dan 8° lintang.
b)    Zona UTM diberi nomor yaitu zona 1 sampai zona 60.
c)    Batas lintangnya adalah 80° LS dan 84° LU kearah utara dengan kode huruf C sampai huruf X.
d)     Zona UTM pada bidang proyeksi silinder tidak menyinggung permukaan bumi tapi memotong bumi.
e)    Setiap zona memiliki koordinat sendiri.
f)     Dalam sistem grid metrik, meridian sentral diberi absis sebesar 500.000 meter Timur (mT) dan agar tidak ada harga negatif diberi ordinat sebesar 10.000.000 meter Utara (mU).
g)    Setiap zona pada sistem grid UTM memiliki pertampalan kesamping sekitar 40 km sehingga titik yang berada di daerah pertapalan mempunyai dua hrga koordinat.
h)    Faktor skala pada meridian tengan besarannya adalah k = 0,9996.
SISTEM PROYEKSI TRANS MERCATOR DI INDONESIA
            Di Indonesia ada dua instansi yang menggunakan proyeksi Trans Mercator dengan sistem Universal Trans Mercator yaitu Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang mengeluarkan peta dasar nasional dengan skala 1 : 25.000, 1 : 50.000, 1 : 100.000, dan 1 : 250.000, dan peta-peta tematik yang dikeluarkan oleh dinas-dinas terkait.
            Ukuran muka peta tergantung pada skala yang disajikan yaitu :
a.    Skala peta 1 : 25.000              : 7’30” x 7’30”
b.    Skala peta 1 : 50.000              : 15” x 15 “
c.    Skala peta 1 : 100.000            : 30’ x 30’
d.    Skala peta 1 : 250.000            : 1°30’ x 1°
Posisi geografis Indonesia yaitu dari 95° - 140° BT, 6° LU - 11° LS dan 8 zona UTM (zona 47 – 54).
Untuk mempermudah perbandingan skala peta dapat dibagi kedalam lembar peta yaitu :
1 peta skala 250.000   = 6 peta skala 100.000
1 peta skala 100.000   = 4 peta skala 50.000
1 peta skala 5
0.000     = 4 peta skala 25.000
KONSTRUKSI PETA
1.    Grid, merupakan garis pada muka peta yang saling tegak lurus dan perpotongannya merupakan koordinat sistem. Biasanya grid digunakan pada peta skala besar.
2.    Graticule, merupakan garis pada muka peta yang tidak saling tegak lurus dan perpotongannya merupakan koordinat geografis. Biasanya graticule digunakan pada peta skala kecil.

SKALA PETA
            Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Untuk lebih jelasnya mengenai detail skala peta yaitu :
o   Peta skala besar, peta dengan skala 1 : 1.000 – 1 : 10.000 dengan informasi yang disampaikan sangat detail. Biasanya garis tepi peta yang digunakan adalah garis grid.
o   Peta skala sedang, peta dengan skala 1 : 25.000 – 1 : 50.000 dengan informasi yang disampaikan detail. Biasanya garis tepi peta yang digunakan adalah garis gratikul.
o   Peta skala kecil, peta dengan skala 1 : 100.000 sampai tak terhingga dengan informasi yang disampaikan kurang detail berupa kawasan-kawasan. Biasanya garis tepi peta yang digunakan adalah garis gratikul.

            Ada beberapa cara penyajian skala peta, yaitu :
-       Skala bilangan
-       Skala grafis
-       Skala pernyataan

Kamis, 06 Maret 2014

Tugas 1 Sistem Informasi Perencanaan









Tugas 1

”PEMAHAMAN GIS (Geographic Information System)”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan
Semester VI  Tahun Akademik 2014 /2015


Oleh:

                                
Ismayanti         10070311012

















PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN  KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1435 H / 2014 M




GIS (Geographic Information System)

Definisi
  • Menurut Aronaff (1989)
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.
  • Menurut Murai (1999)
SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
  • Menurut Marble et al (1983)
SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
  • Menurut Berry (1988)
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.
  • Menurut Linden, (1987)
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).
Sistem informasi geografi adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.

Fungsi
Fungsi SIG yaitu :
1.    Pengelolaan dan analisis data spasial
·         Transformasi format, misalnya dari format ARC/INFO ke format ArcView atau MapInfo
·         Transformasi geometris, registrasi: memberikan koordinat pada peta sesuai dengan koordinat bumi atau agar dapat dioverlaykan dengan tepat pada peta lainnya.
·         Transformasi antar proyeksi peta.
·         Conflation, mencocokkan posisi feature yang sama pada layer yang berbeda.
·         Edge matching, mencocokkan posisi ujung-ujung lembaran peta supaya satu sama lain terhubung dengan tepat.
·         Fungsi editing meniadakan  sliver, gap, dll
·         Line coordinate thinning  menghilangkan beberapa titik untuk memperkecil size file.
2.    Pengelolaan dan analisis data atribut non spasial
·         Editing membuat/menghapus  database, membuat/menghapus tabel, menambahkan/menghapus record atau field, mengubah data, dsb.
·         Query: memanggil (retrieve) record yang sesuai dengan kondisi yang ditentukan oleh operator
3.    Analisis integrasi data spasial dan data atribut
·         Retrieval/Classification/Measurement
·         Overlay menghasilkan data spasial baru dari  minimal 2 data spasial yang menjadi masukannya
·         Neighborhood mengevaluasi karakteristik area pada lokasi tertentu
·         Connectivity
4.    Output formatting
·         Mempersiapkan untuk output hasil analisis.
·         Map annotation  judul, legenda, skala, arah mata angin.
·         Text labels nama kota, nama sungai, nama wilayah, dll.
·         Texture patterns and line styles
·         Graphic symbols, gunung, jembatan, ibu kota, dll.
Input Data pada GIS
Input data pada GIS berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) dan dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu. Data spasial direpresentasikan di dalam basisdata sebagai vektor atau raster.
-       Data Raster
Data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya dipermukaan bumi. Entity spasial raster di dalam layers yang secara fungsionalitas direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh unsur spasial raster adalah citra satellite (Landsat, Ikonos), citra rada, dan sebagainya.
-       Data Vektor
Data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis (kurva atau poligon) beserta atributnya. Bentuk dasar representasi data spasial dalam model data vector didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Garis atau kurva merupakan sekumpulan titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon disimpan sebagai sekumpulan daftar titik-titik dimana titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama.
Input Data Primer dan Sekunder
Ada 2 tipe Sumber Data di GIS:
1.    Data Primer
Data yang diukur langsungdengan survey, pengumpulan data lapangan, penginderaan jauh. Biasanya tidak bisa melakukan observasi terhadap distribusi spasial pada wilayah yang akan kita pelajari secara keseluruhan. Sehingga perlu melakukan pengambilan sample (melakukan pengukuran pada beberapa area yang dapat memberikan gambaran yang paling sesuai untuk wilayah tersebut).

2.    Data Sekunder
Data yang didapat dari peta yang sudah ada, tabel-tabel atau sumber data yang lain. Tersedia banyak data-data untuk GIS di Instansi pemerintah: sensus penduduk,
Survey topografi, dan Perusahaan pemetaan.

Data Collection
            Data koleksi yang dimiliki oleh GIS adalah berupa peta :
1.    Darat,
2.    Udara, dan
3.    Laut.

Data Processing
            Software yang dapat digunakan untuk memproses data GIS adalah ;
1.    ArcInfo
2.    MapInfo
3.    ArcView
4.    ArcGIS
5.    Quantum GIS



Data Presentasi
            Data presentasi yang dihasilkan oleh GIS setelah diolah menggunakan software berupa peta, baik peta tematik maupun peta interaktif. Berikut ini adalah contoh peta yang dihasilkan setelah melalui proses pengolahan.
Peta Tematik

Peta Interaktif
DAFTAR PUSTAKA

-       http://lecturer.eepis-its.edu/~ariv/G.I.S/01-Teori/Week03 Sumber dan Tipe Data GIS.pdf
-       http://pratapapa81.files.wordpress.com/2008/04/jogja-bird-map.gif