Tugas 3
”RESUME MENGENAI PETA DAN SISTEM KOORDINAT”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah Sistem Informasi Perencanaan
Semester VI Tahun
Akademik 2014 /2015
Oleh:
Ismayanti 10070311012
PROGRAM
STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1435 H / 2014 M
ASPEK GEOMETRIK
Peta adalah gambaran bentuk muka bumi pada bidang datar.
Fungsi peta adalah untuk menunjukkan atau memberi informasi mengenai lokasi
atau posisi suatu tempat. Pada pembuatan konstruksi peta, semua titik di muka
bumi posisinya harus sesuai dengan kerangka geometrik yang diukur dilapangan
karena aspek geometrik ini berhubungan dengan permasalahan posisi suatu tempat.
Aspek geometrik dapat dilihat dari dua aspek yaitu, dilihat
dari segi teoritis aspek geometrik berhubungan dengan perubahan matematis dari
koordinat geografi di permukaan bumi ke koordinat proyeksi bidang datar,
sedangkan dilihat dari aspek praktisnya berhubungan dengan pembuatan konstruksi
dari kerangka geometrik peta.
SISTEM KOORDINAT
Sistem
koordinat merupakan dasar utama dari peta karena sistem koordinat ini dapat
menghubungkan satu titik dengan titik lainnya. Sistem koordinat di permukaan
bumi ditentikan oleh perpotongan dua garis lengkung bumi yaitu garis meridian
(longitude) dan garis paralel (latitude), untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut :
KOORDINAT GEOGRAFIS
Koordinat
geografis suatu titik di permukaan bumi ditentukan dari perpotongan meridian
dan paralel yang melalui dua titik tersebut. Untuk mengetahui besarannya dapat
ditentukan dengan mengetahui :
1.
Lintang (latitude = φ)
Lintang adalah panjang busur yang diukur pada suatu meridian
dihitung dari ekuator sampai ke paralel yang melalui titik tersebut. Harga
besaran lintang adalah :
Ø
0°-90° kearah kutub utara dari ekuator, disebut Lintang Utara
(LU)
Ø
0°-90° kearah kutub selatan dari ekuator, disebut Lintang
Selatan (LS)
2.
Bujur (longitude = λ)
Bujur adalah panjang busur yang diukur pada suatu garis
paralel antara meridian pengamatan dengan meridian nol (meridian Greenwich).
Harga besaran bujur adalah :
Ø
0°-180° kearah Barat dari meridian nol, disebut Bujur Barat
(BB)
Ø
0°-180° kearah Timur dari meridian nol, disebut Bujur Timur
(BT)
3.
Koordinat geografis titik P (φ, λ)
Besaran lintang dihitung dari titik P sepanjang garis
meridian sampai berpotongan dengan garis ekuator, sedangkan besaran bujur
dihitung mulai dari perpotongan garis meridian dari titik P dengan ekuator
sampai perpotongan garis ekuator tersebut dengan meridian nol. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
KOORDINAT PROYEKSI
Pada sistem
koordinat proyeksi, koordinat suatu titik dinyatakan oleh 2 titik yaitu :
1.
Besaran absis (X), sumbu X (eastings) berada dalam bidang
meridian Greenwich (meridian nol) yang terletak di bidang ekuator bumi. Sumbu
X merupakan garis proyeksi dari salah
satu paralel.
2.
Ordinat (Y), sumbu Y (northings) tegak lurus dengan sumbu X.
sumbu Y merupakan garis proyeksi dari salah satu meridian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
PROYEKSI PETA
Proyeksi
peta adalah penyajian unsur-unsur dipermukaan bumi ke bidang datar dengan
melakukan transformasi menggunakan rumus matematis tertentu. Model matematik
ini digunakan untuk mengkonversikan posisi tiga dimensi titik permukaan bumi
menjadi dua dimensi di bidang peta meskipun tidak mudah untuk menggambarkan
pada bidang datar karena bentuk bumi yang tidak datar. Untuk lebih jelasnya
mengenai poyeksi peta dapat dilihat pada gambar berikut :
Masalah yang
terjadi pada perhitungan proyeksi peta adalah menyajikan data hasil pengukuran
dari bidang lengkung menjadi bidang datar. P\sedangkan, peta dapat dikatakan
ideal jika :
v Menggambarkan luas
relatif yang benar,
v Menyajikan bentuk
muka bumi yang benar,
v Mempunyai arah yang
benar, dan
v Mempunyai jarak yang
benar.
JENIS PROYEKSI PETA
Dilihat dari
bidang proyeksi peta yang digunakan, ada 3 sistem proyeksi peta yaitu :
1. Proyeksi kerucut,
yaitu dengan meletakkan suatu kerucut pada bumi yang menyinggung bola bumi
sepanjang suatu lingkaran.
2.
Proyeksi silinder, yaitu dengan meletakkan suatu silinder
pada bumi lalu didatarkan.
3. Proyeksi azimuthal
(zenithal), yaitu dengan meletakan bumi tersebut pada bidang datar.
Dilihat dari
kesalahan yang diakibatkan, ada 3 proyeksi peta yaitu :
1. Proyeksi konform,
dimana sudut permukaan bumi harus sama dengan sudut bidang proyeksi.
2.
Proyeksi equivalent, dimana luas permukaan bumi harus sama
dengan luas bidang proyeksi pada skala yang sama.
3. Proyeksi
equidistance, dimana jarak di permukaan bumi harus sama dengan jarak pada
bidang proyeksi peta pada skala yang sama.
Dilihat dari
orientasinya, dibagi menjadi 3 proyeksi yaitu :
1. Proyeksi normal
2.
Proyeksi miring (oblique)
3.
Proyeksi transversal (transverse)
Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut :
Pemilihan
sistem proyeksi peta berdasarkan pada posisi daerah, bentuk dan ukuran daerah
yang dipetakan, serta kegunaan peta tersebut. Di Indonesia sendiri, saat ini
pembuatan petanya menggunakan proyeksi Silinder dan Transverse (Transverse
Mercator).
TRANSVERSE
MERCATOR (TM)
Proyeksi transverse
mercator merupakan proyeksi silinder transversal yang bersifat konform. Secara
geometris silindernya menyinggung bola bumi pada meridian yang disebut meridian
tengah. Perbesaran pada meridian tengah akan terjadi jika meridian tersebut makin
jauh kearah barat atau timur dari meridian tengah.
SISTEM GRID UNIVERSAL
TRANSVERSE MERCATOR (UTM)
Sistem grid
universal transverse mercator merupakan modifikasi dari sistem proyeksi
transverse mercator. Sistem grid UTM memiliki ciri sebagai berikut :
a)
bersifat universal, membagi seluruh wilayah permukaan bumi
menjadi 60 bagian (zona UTM), setiap zona UTM dibatasi 2 meridian dengan lebar
6° bujur dan 8° lintang.
b)
Zona UTM diberi nomor yaitu zona 1 sampai zona 60.
c)
Batas lintangnya adalah 80° LS dan 84° LU kearah utara dengan
kode huruf C sampai huruf X.
d)
Zona UTM pada bidang
proyeksi silinder tidak menyinggung permukaan bumi tapi memotong bumi.
e)
Setiap zona memiliki koordinat sendiri.
f)
Dalam sistem grid metrik, meridian sentral diberi absis
sebesar 500.000 meter Timur (mT) dan agar tidak ada harga negatif diberi
ordinat sebesar 10.000.000 meter Utara (mU).
g)
Setiap zona pada sistem grid UTM memiliki pertampalan
kesamping sekitar 40 km sehingga titik yang berada di daerah pertapalan
mempunyai dua hrga koordinat.
h)
Faktor skala pada meridian tengan besarannya adalah k =
0,9996.
SISTEM PROYEKSI TRANS
MERCATOR DI INDONESIA
Di Indonesia
ada dua instansi yang menggunakan proyeksi Trans Mercator dengan sistem
Universal Trans Mercator yaitu Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal) yang mengeluarkan peta dasar nasional dengan skala 1 : 25.000, 1
: 50.000, 1 : 100.000, dan 1 : 250.000, dan peta-peta tematik yang dikeluarkan
oleh dinas-dinas terkait.
Ukuran muka
peta tergantung pada skala yang disajikan yaitu :
a. Skala peta 1 : 25.000 : 7’30” x 7’30”
b.
Skala peta 1 : 50.000 :
15” x 15 “
c.
Skala peta 1 : 100.000 :
30’ x 30’
d. Skala peta 1 :
250.000 : 1°30’ x 1°
Posisi geografis Indonesia yaitu dari 95° - 140° BT, 6° LU -
11° LS dan 8 zona UTM (zona 47 – 54).
Untuk mempermudah perbandingan skala peta dapat dibagi
kedalam lembar peta yaitu :
1 peta skala 250.000 =
6 peta skala 100.000
1 peta skala 100.000 =
4 peta skala 50.000
1 peta skala 5
KONSTRUKSI PETA
1.
Grid, merupakan garis pada muka peta yang saling tegak lurus
dan perpotongannya merupakan koordinat sistem. Biasanya grid digunakan pada
peta skala besar.
2.
Graticule, merupakan garis pada muka peta yang tidak saling
tegak lurus dan perpotongannya merupakan koordinat geografis. Biasanya
graticule digunakan pada peta skala kecil.
SKALA PETA
Skala peta
adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Untuk
lebih jelasnya mengenai detail skala peta yaitu :
o Peta skala besar,
peta dengan skala 1 : 1.000 – 1 : 10.000 dengan informasi yang disampaikan
sangat detail. Biasanya garis tepi peta yang digunakan adalah garis grid.
o
Peta skala sedang, peta dengan skala 1 : 25.000 – 1 : 50.000
dengan informasi yang disampaikan detail. Biasanya garis tepi peta yang digunakan
adalah garis gratikul.
o Peta skala kecil,
peta dengan skala 1 : 100.000 sampai tak terhingga dengan informasi yang
disampaikan kurang detail berupa kawasan-kawasan. Biasanya garis tepi peta yang
digunakan adalah garis gratikul.
Ada beberapa
cara penyajian skala peta, yaitu :
- Skala bilangan
-
Skala grafis
- Skala pernyataan